Daftar Isi
Ada sesuatu yang unik dan menarik tentang kretek, sejenis rokok yang terkenal di Indonesia. Dalam kata lain, kretek adalah cerminan dari kekayaan budaya dan sejarah Indonesia yang tak terpisahkan. Tapi apa yang Anda ketahui tentang asal-usul dan sejarah kretek? Ikuti kami dalam rangkaian penjelasan yang akan menjadi sebuah perjalanan menarik melalui waktu—ke masa lalu buah tembakau dan cengkeh yang mengisi udara dengan aroma khas mereka.
Kretek tak sekadar produk tembakau, namun lebih dari itu—representasi seni, budaya, dan sejarah Indonesia yang panjang. Namun, seperti banyak hal dalam sejarah, kretek juga menyimpan kontroversi. Banyak yang mencintainya, tetapi juga banyak yang mengkritiknya.
Perlu diingat bahwa rokok kretek dan rokok biasa berbeda. Kretek unik karena:
- Buatan tangan. Meski sekarang juga banyak diproduksi masal dengan mesin, kretek secara tradisional dibuat tangan, satu per satu.
- Isi cengkeh. Ini yang memberikan kretek rasa dan aroma khasnya. Cengkeh juga sekaligus menjadi identitas Indonesia di mata dunia.
- Sejarahnya. Kretek telah ada sejak zaman kolonial Belanda, dan selalu menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia.
“Kretek bukan sekadar rokok. Kretek adalah bagian dari kehidupan, dari sejarah, dari Indonesia. Kita harus berani menghadapi dan memahami kompleksitas sejarahnya.”
Anonim
Sebelum kita menyelam lebih dalam ke dalam misteri kretek, perlu kita mengenali bahwa kretek, seperti rokok pada umumnya, membawa risiko terhadap kesehatan. Namun, tujuan artikel ini bukan untuk mempromosikan rokok kretek, melainkan untuk merangkum asal-usul dan budaya di baliknya. Mari kita mulai perjalanan ini.
Pengenalan Kretek & Bahan-nya
Berbeda dengan rokok putih atau rokok gulung, krek dan tek, dua suara yang menjadi identitas dari rokok kretek. Suara ini patut mendapatkan perhatian khusus. “Kretek” merupakan onomatopoeia dari suara kretek-kretek yang dihasilkan saat rokok ini dibakar. Apa sajakah komponen utama yang membentuk rokok kretek?
1. Tembakau
Tembakau merupakan komponen utama dalam pembuatan rokok kretek. Biasanya, jenis tembakau yang digunakan adalah tembakau hitam yang telah difermentasi. Fermentasi ini yang menghasilkan aroma khas rokok kretek.
2. Cengkeh
Pembuatan rokok kretek tidak bisa dilepaskan dari bahan satu ini – cengkeh. Tidak seperti rokok biasa, rokok kretek menggunakan cengkeh sebagai komponen penting. Cengkeh yang dihancurkan dan dicampur dengan tembakau, memberikan rasa dan aroma khas kretek.
3. Saus
Jangan bingung. Saus di sini bukan saus masakan, namun campuran berbagai bumbu dan rempah yang memberikan aroma dan rasa tambahan pada rokok kretek.
Kita tidak bisa memisahkan kretek dari budaya Indonesia. Kretek tak hanya menjadi bagian dari sejarah, tapi juga bagian dari kehidupan sehari-hari di Indonesia.
Lalu bagaimana sebenarnya rokok kretek bisa lahir dan berkembang di Indonesia? Untuk memahami hal ini, kita perlu menengok sejarahnya.
Sejarah Rokok Kretek di Indonesia
Pada awalnya, rokok kretek muncul sebagai hasil kreativitas masyarakat lokal Indonesia.
Dikabarkan bahwa kretek pertama kali dibuat oleh seorang pria bernama Haji Jamhari dari Kudus, Jawa Tengah, pada sekitar tahun 1880.
Awal mula ceritanya, Jamhari mencoba mengobati sakitnya dengan menambahkan cengkeh ke dalam tembakau lalu mengisapnya. Penemuan ini membantu meringankan sakitnya dan dari situlah kretek lahir.
Perkembangannya, produksi rokok kretek dimulai secara massal pada awal abad ke-20. Menteri Pedagang Besar Kerajaan Athing, seorang pengusaha China-Indonesia, adalah salah satu dari beberapa orang yang memulai produksi massal rokok kretek.
Dia mendirikan pabrik rokok di Kudus dan memproduksi merek rokok kretek pertama, Bal Tiga. Ini sekaligus mempelopori industri rokok kretek di Indonesia.
Jaringan distribusi rokok kretek mulai berkembang, menyebar ke seluruh pelosok negeri. Di era 1970-an dan 1980-an, menjamurnya berbagai merk kretek yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan besar Indonesia seperti Djarum, Gudang Garam, dan Sampoerna, semakin memperkuat kontrol Indonesia atas pasar rokok global.
Perjalanan industri rokok kretek di Indonesia tidak lepas dari peranan pemerintah. Pada tahun 1979, pemerintah mensahkan Undang-Undang No. 11 tentang Penyimpanan Tembakau.
Undang-undang tersebut memberikan larangan impor tembakau rajangan jadi, sehingga membuka peluang bagi tembakau lokal untuk berkembang di industri kretek. Hal ini memicu ledakan produksi tembakau di daerah penghasil seperti Temanggung, Sirampog, Lombok, dan Jember.
Sampai hari ini, kretek masih menjadi bagian integral dari budaya merokok di Indonesia. Seperti permainan catur dan ngopi di warung kopi, kretek telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
Kontroversi Rokok Kretek
Rokok kretek telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kebudayaan Indonesia selama lebih dari satu abad.
Namun, meski menjadi aspek penting dalam kesenian tradisional dan budaya populer, rokok kretek tetap berada di tengah-tengah berbagai kontroversi.
Kesehatan Publik
Argumen utama melawan rokok kretek tentunya adalah dampaknya terhadap kesehatan publik. Studi-studi medis telah menunjukkan bahwa rokok, termasuk kretek, memiliki efek negatif bagi kesehatan, seperti menurunkan kualitas hidup dan memperpendek harapan hidup.
World Health Organization (WHO) mencatat bahwa penggunaan tembakau adalah penyebab utama kematian yang dapat dicegah di dunia.
Ekonomi dan Perpajakan
Di sisi lain, ada argumen industri dan perekonomian. Industri rokok kretek memberikan lapangan pekerjaan bagi jutaan orang di Indonesia dan juga memberikan sumbangan pajak yang besar bagi negara.
Tetapi, kadang-kadang industri ini dikritik karena perannya dalam pengeksploitasian pekerja, terutama dalam hal upah dan kondisi kerja.
Perkembangan Sosial dan Budaya
Adapun dari segi sosial dan budaya, rokok kretek sering diasosiasikan dengan masalah sosial seperti kekerasan dan kejahatan.
Di samping itu, ada yang berpendapat bahwa rokok kretek mencerminkan identitas dan tradisi lokal, dan seharusnya dihargai sebagai bagian penting dari warisan budaya Indonesia.
Masing-masing dari argumen ini bertujuan untuk melihat rokok kretek dari berbagai perspektif.
Kontroversi rokok kretek ini adalah cermin dari tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dalam mencoba menjembatani antara kepentingan kesehatan publik dan pertimbangan ekonomi, sosial dan budaya.
Dalam suasana cengkeh dan tembakau, kita telah melakukan perjalanan melewati narasi yang bercabang-cabang mengenai kretek, rokok ala Indonesia.
Dari asal-usulnya yang sederhana dan sehat hingga peran pentingnya dalam perekonomian dan budaya bangsa, kretek jelas bukan sekedar produk tembakau biasa.
Kita telah mengungkap cerita orang-orang Indonesia, dari petani tembakau dan cengkeh hingga pabrik rokok.
Namun, sementara kretek telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan banyak orang Indonesia, perlu juga diingat bahwa mereka bukan tanpa implikasi kontroversial.
Pada satu sisi, kretek menempati posisi khusus dalam ekonomi nasional, menyumbang pendapatan yang substansial melalui pajak dan membantu masyarakat pedesaan melalui berbagai pekerjaan yang disediakan oleh industri tembakau.
Tapi di sisi lain, ada perdebatan mendalam tentang efek merokok terhadap kesehatan publik dan tantangan penegakan regulasi dalam lingkungan ini.
Begitu juga dengan aspek-aspek sosial dan budaya. Kretek telah membentuk namun juga terus dibentuk oleh perkembangan sosial dan budaya di Indonesia. Dalam konteks ini, sejarah kretek mencerminkan sejarah negara itu sendiri.
Kretek adalah refleksi dari kemajuan dan tantangan yang dihadapi oleh Indonesia: pengaruh kolonialisme, urbanisasi, modernisasi, dan tantangan kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu, sejarah dan cerita kretek harus dipahami dalam konteks yang lebih luas dan lebih holistik.
Sebagai penutup, kretek adalah fenomena yang begitu kaya dan kompleks, berakar dalam budaya dan sejarah Indonesia, dan menandai identitas nasional.
Meski demikian, tantangan terkait kesehatan dan regulasi yang berkelanjutan harus terus didebati dan dicari solusinya agar rokok kretek dapat melanjutkan peran tradisionalnya tanpa mengabaikan peran pentingnya dalam menjaga kesehatan masyarakat.